Thursday, December 12, 2019

Makalah Hakekat Pendidik dan Hakekat Anak Didik


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pendidik dan peserta didik merupakan komponen penting dalam sistem pendidikanIslam. Kedua komponen ini saling berinteraksi dalam proses pembelajaran untukmewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Oleh karena itu, pendidik sangatberperan besar sekaligus menentukan ke mana arah potensi peserta didik yang akandikembangkan. Demikian pula peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan,tetapi pada saat-saat tertentu ia akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini membuktikanbahwa posisi peserta didik pun tidak hanya sekedar pasif laksana cangkir kosong yang siapmenerima air kapan dan dimanapun.
Akan tetapi peserta didik harus aktif, kreatif dandinamis dalam berinteraksi dengan gurunya, sekaligus dalam upaya pengembangankeilmuannya.Konsep pendidik dan peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam memilikikarakteristik tersendiri yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.Karakteristik ini akan membedakan konsep pendidik dan peserta didik dalam pandanganpendidikan lainnya. Hal itu juga dapat ditelusuri melalui tugas dan persyaratan ideal yangharus dimiliki oleh seorang pendidik dan peserta didik yang dikehendaki oleh Islam. Tentusemua itu tidak terlepas dari landasan ajaran Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an dan Sunnahyang menginginkan perkembangan pendidik dan peserta didik tidak bertentangan denganajaran kedua landasan tersebut sesuai dengan pemahaman maksimal manusia.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Pendidik dan Hakikat Pendidik?
2.      Apa pengertin anak didik dan Hakikatnya anak didik?


C.      Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian dan Hakikat Pendidik.
2.      Mengetahui pengertin anak didik dan Hakikatnya anak didik



























BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat Pendidik
1. Pengertian Pendidik
Kata pendidik berasal dari didik, artinya memelihara, merawat dan melatih agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan (tentangsopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya) selanjutnya dengan menambahkanawalan pe- hingga menjadi pendidik, artinya orang yang mendidik.[1] Dalam bahasa, Arab pendidik diartikan dalam berbagai istilah seperti kata al-mualim (guru),murabbi (mendidik), mudarris (pengajar) dan uztadz. Pendidikan adalah suatubentuk interaksi manusia. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidik artinyaorang yang mendidik.Dalam bahasa Inggris ada beberapa kata yang berdekatanarti pendidik seperti kata teacher artinya pengajar dan tutor yang berarti gurupribadi, dipusat-pusat pelatihan disebut sebagai trainer atau instruktur.
Menurutpendapat lain pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab membimbing  atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani danrohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagaimakhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagaiindividu yang sanggup berdiri sendiri. Pendidik dapat pula berarti orang yangbertanggung jawab terhadap perkembangan dan kematangan aspek rohani dan jasmani anak.
Menurut Ahmad Tafsir, bahwa pendidik dalam Islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upayamengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif
(cipta), maupun psikomotorik (karsa).
Sedangkan Abdul Mujib mengemukakanbahwa pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yangmemberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskanprilakunya yang buruk.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidik
dalam Islam adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dan mempengaruhijiwa serta rohani seseorang, yakni dari segi pertumbuhan jasmaniah, pengetahuan,keterampilan, serta aspek spiritual dalam upaya perkembangan seluruh potensiyang dimiliki oleh seseorang tersebut sesuai dengan prinsip dan nilai ajaran Islam
sehingga menjadi insan yang berakhlakul karimah.

2. Hakikat Pendidik
Hakikat pendidik sebagai manusia yang memahami ilmu pengetahuan dan menjadi sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu itukepada orang lain demi kemaslahatan umat. Hakikat pendidik ditegaskan dalamAl-Qur’an surat Al-Alaq (96) ayat 1-5 yang artinya : “Bacalah dengan menyebut namaTuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) denganperantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[2]
DalamAl-Qur’an hakikat guru adalah Allah SWT, namun tidak berarti manusia di dunia initidak mempunyai tugas sebagai khalifah di muka bumi ini, tugas manusia salahsatunya adalah mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya kepada orang lain,dengan kata lain dia sebagai seorang guru. Jika ditinjau secara umum pendidik dalam pendidikan Islam kaitannya lebihluas dari pada pendidik dalam pendidikan non-Islam, adapun pendidik dalampendidikan Islam yaitu :
a)      Allah SWT
dari berbagai ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang kedudukanAllah sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkannyakepada Nabi Muhammad SAW.
b)      Nabi Muhammad SAW
Kedudukan Rasulullah SAW sebagai pendidik ditunjuklangsung oleh Allah SWT, sebagai teladan bagi ummat dan rahmat bagi seluruhalam. Dari sejarahnya, Beliau dikenal sebagai manusia yang paling berakhlak dandipatuhi sehingga dalam masa kehidupannya sukses mendidik generasi-generasiIslam. Sebagai seorang pendidik ummat manusia yang mengajarkan agama Islamdan ketauhidan serta etika berkehidupan, Rasulullah Saw. memiliki kepribadiandan akhlak yang sangat mulia, yang pantas dijadikan teladan bagi seluruh ummatmanusia, hal tersebut senantiasa tercermin dalam kehidupannya.
c)      Orang Tua
memiliki peran yang sangat penting yang berperan sebagai sebagaipembimbing dalam lingkungan keluarga disebabkan karena secara alami anakanakpada masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ayah dan ibunya.Menurut Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, tanggung jawab terbesarpendidikan Islam menurut ajaran Islam dipikul oleh orang tua anak, karenaorang tualah yang menentukan pola pembinaan pertama bagi anak.
d)     Guru,
merupakan suri teladan kedua setelah orang tua. Guru sejatinyaadalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu, serta mampumentransferkan kebiasaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yangsesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik. Guru yang bekerja sebagaitenaga pengajar adalah elemen yang terpenting dan ikut bertanggung jawabdalam proses pendewasaan bagi anak didik tersebut. Dari beberapa pengertiantersebut dapat dikatakan bahwa guru dapat diartikan sebagai sosok yangmempunyai kewenangan dan bertanggung jawab sepenuhnya di kelas atau disekolah untuk mengembangkan segenap potensi peserta didik yang dimilikisehingga mampu mandiri dan mengembangkan nilai kepribadian sesuai ajaranIslam, dengan demikian tujuan akhirnya adalah kedewasaan dan kesadaranuntuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dan hamba Allah Swt. Olehkarena itu, setiap guru hendaknya mempunyai kepribadian yang akan dicontohdan diteladani oleh anak didik, baik secara sengaja maupun tidak. Sudah pasti,pekerjaan sebagai guru tidak sama dengan pekerjaan apapun, diluar itupengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan.

Seorang pendidik harusmemiliki syarat-syarat sebagai berkut :
a)      Beriman kepada Allah dan beramal shaleh.
b)      Menjalankan ibadah dengan taat.
c)      Memiliki sikap pengabdian yang tinggi pada dunia pendidikan.
d)     Ikhlas dalam menjalankan tugas pendidikan.
e)      Profesional dalam menjalankan tugasnya.
f)       Menguasai ilmu yang diajarkan kepada anak didiknya.
g)      Tegas dan berwibawa dalam menghadapi masalah yang dialami anak didiknya.
h)      Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan menguasainya dengan baik.

Pendidik merupakan potensi pedagosis yang mengarahkan perkembangan hidup anak didik.Pendidik memiliki kedudukan yang sangat penting dalampelaksanaan pendidikan, karena pendidik adalah pihak yang bersentuhan langsung
dengan unsur- unsur yang ada dalam sebuah aktivitas pendidikan, terutama anak
didik. Sebagai wujud dari kedudukan yang sangat penting tersebut, fungsi pendidikadalah berupaya untuk mengembangkan segenap potensi anak didiknya, agarmemiliki kesiapan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya. Seorang pendidik harus bisa menguasai situasi dan kondisi agar tidak jenuhdalam berlangsungnya proses pendidikan, maka dari itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain :
a)      Selalu berbicara dengan bahasa yang santun.
b)      Selalu mendengarkan pendapat anak didiknya.
c)      Mengarahkan dan mengembangkan minat dan bakat anak didiknya.
d)     Berpakaian rapi dan sopan.
e)      Selalu datang tepat waktu.
f)       Memberikan pelajaran dengan metode yang tepat.
g)      Senantiasa memberikan peluang dan kesempatan kepada anak didiknya untukbertanya.
h)      Sabar dalam menghadapi kenakalan anak didiknya.
i)        Memahami perkembangan mental dan emosional anak didiknya, membimbing,mengarahkan dan memotivasi anak didiknya.
j)        Menciptakan situasi untuk pendidikan. Situasi pendidikan yaitu suatu keadaandimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan hasilyang memuaskan.

Adapun peran pendidik dalam menyikapi tantangan globalisasi adalahberusaha secara sadar untuk membimbing, mengajar, dan melatih siswa agardapat:
a)      Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang telahditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b)      Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan paham ataubudaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan pola piker dan keyakinan siswa.
c)      Memperkenalkan secara transparan contoh positif dan negatif dari pengaruhiptek kepada anak.
d)     Pendidik selalu mengontrol kepada anak didik dan sekaligus sebagai agent ofchange dalam menggunakan iptek.
e)      Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama sertamengembangkannya secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untukdirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.


B. PengertianAnak Didik dan Hakikat
1. Pengertian Anak Didik
Anak didik menurut etimologi berasal dari bahasa Bahasa Inggris: student
artinya murid, dan berasal Bahasa Arab: tilmidz jamaknya talamidz artinya murid,
thalib al-ilm artinya menuntut ilmu, pelajar, atau mahasiswa.[3] Sedangkan dilihat darikedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam prosesperkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Merakamemerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titikAnak didik atau peserta didik merupakan orang yang belum dewasa danmemiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan.
Peserta didikmerupakan “ Raw Material” (Bahan Mentah) dalam proses transformasi daninternalisasi, menepati posisi yang sangat penting untuk melihat signifikasinyadalam menemukan keberhasilan sebuah proses. Peserta didik adalah makhlukindividu yang mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas yang sesuaidengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembanganpeserta didik dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada.

2. Hakikat Anak Didik
Anak didik merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan,tanpanya proses pendidikan tidak akan terlaksana. Anak didik merupakan subjek danobjek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantumengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan. Karena seorang anak didik yang ingin mendapatkan ilmu itumemerlukan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dari orang lain (seorang pendidik),maka muncul pula etika pergaulan yang baik yang harus dilakukan oleh seorang anakdidik kepada pendidiknya.
Potensi merupakan kemampuan dasar yang dimiliki anak didik, dan tidak akantumbuh atau berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik. Dalammemahami hakikat anak didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang ciriciriumum anak didik, yaitu:
a)      Anak didik dalam keadaan sedang berdaya (eksploratif), yaitu berdaya untukmenggunakan kemampuan, kemauan dan sebagainya.
b)      Mempunyai keinginan untuk berkembang kea rah dewasa.
c)      Anak didik mempunyai latar belakang yang berbeda.
d)     Anak didik melakukan penjelajahan terhadap lingkungan terhadap alamsekitarnya dengan potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individu.

Asma Hsan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu:
a)      Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa yangsebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah merupakan ibadah yang tidah sahdikerjakan kecuali dengan hati yang bersih. Kebersihan hati tersebut dapat dilakukandengan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tercela, seperti dengki, benci, hassut,takabbur, menipu, berbangga-bangga, dan memuji diri yang selanjutnya diikiuti denganmenghiasi diri dengan akhlak yang mulia seperti bersikap benar, taqwa, ikhlas zuhud,merendahkan diri dan ridha.
b)      Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasijiwa dengan dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada tuahn, dan bukan untukmencari kemegahan dan kedudukan.
c)      Seorang pelajar harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan bersedia pergimerantau. Selanjutnya apabila ia menghendaki pergi ke tempat yang jauh untukmemperoleh seorang guru, maka ia tidak boleh ragu-ragu untuk itu. Demikian pula iadinasihatkan agar tidak sering menukar-nukar guru. Jika keadan menghendaki sebaiknyaia dapat menanti sampai dua bulan sebelum menukar seorang guru.
d)     Seorang pelajar wajib menghoramati guru dan berusaha agar senantiasa memperolehkerelaan dari guru, dengan mempergunakan bermacam-macam cara.

Sejalan dengan tujuan pendidikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada AllahSWT, maka belajar termasuk ibadah. Dengan dasar pemikiran ini, maka Imam Al-Ghozalimenyatakan bahwa seorang murid yang baik, adalah murid yang memiliki ciri-ciri sebagaiberikut :[4]
a)      Seorang murid harus berjiwa bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina dan sifat-sifat yang tercela lainnya.
b)      Seorang murid yang baik, juga harus menjauhkan diri dari persoalan-persoalanduniawi, mengurangi keterkaitan dengan dunia, karena keterkaitan kepadadunia dan masalah-masalahnya dapat mengganggu lancarnya pengusaan ilmu.
c)      Seorang murid yang baik hendaknya bersikap rendah hati dan tawadhu.Sikapini begitu ditekankan oleh Al-Ghozali.
d)     Khusus terhadap murid yang baru hendaknya jangan mempelajari ilmu-ilmuyang saling berlawanan, atau pendapat yang saling berlawanan ataubertentangan.
e)      Seorang murid yang baik hendaknya mendahulukan mempelajari yang wajib.Pengetahuan yang menyangkut berbagai segi (aspek) lebih baik daripadapengetahuan yang menyangkut hanya satu segi saja.
f)       Seorang murid yang baik hendaknya mempelajari ilmu secara bertahap. Seorangmurid dinasehatkan agar tidak mendalamiilmu secara sekaligus, tetapi memulaidariilmu-ilmu agama dan menguasainya dengan sempurna.
g)      Seorang murid hendaknya tidak mempelajari satu disiplin ilmu sebelummengusai disiplin ilmu sebelumnya.
h)      Seorang murid hendaknya juga mengenal nilai setiap ilmu yang dipelajarinya.

Kelebihan dari masing-masing ilmu serta hhasil-hasilnya yang mungkin dicapai
hendaknya dipelajarinya dengan baik.
Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:
a)      Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,
sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orangdewasa. Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik, denganmematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangandunianya.
b)      Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhanitu semaksimal mungkin. Terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkandalam dua kategori, yaitu: pertama, kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basicneeds) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta dan ikutmemiliki (sosial), dan harga diri; kedua, metakebutuhan-metakebutuhan (metaneeds), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan,kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipundemikian, masih ada kebutuhan lan yang tidak terjangkau kelima hierarkikebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan. Individu yangmelakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarkikebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridhadari Allah SWT.
c)      Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,baik perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah) maupun eksogen(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, danlingkungan yang mempengaruhinya. Pesrta didik dipandang sebagai kesatuansistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagaimakhlukmonopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari daribanyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).
d)     Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yangdimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memilikiaktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalampendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang bisanyahanya menerima, mendengarkan saja.
e)      Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalammempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalampendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan denganpola dan tempo, serta irama perkembangan peseta didik. Kadar kemampuanpeserta didik sangat ditentukan oleh usia dan priode perkembangannya, karenausia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minatpeserta didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.

Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta didik hendaknyamemiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan kepribadiannya.
Diantara sifat-sifat ideal yang perlu dimiliki peserta didik misalnya ; berkemauan
keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, dan tabah, tidakmudah putus asa dan sebagainya.
Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatahiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sifat-sifatideal yang patut dimiliki peserta didik yaitu:
a)      Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Mempunyai ahklakyang baik dan meninggalkan yang buruk.
b)      Mengurangi kecendrungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi dansebaliknya.
c)      Bersifat tawadhu’ (rendah hati).
d)     Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dan aliran.
e)      Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama.
f)       Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang mudahmenuju pelajaran yang lebih sulit.
g)      Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu yanglainnya.
h)      Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari
i)        Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.

Dari penjelasan-penjelasan diatas menerangkan bahwa pada hakikatnya anakdidik merupakan komponen penting dalam pendidikan, karena selain menjadiobjek, anak didik juga merupakan subjek dalam pendidikan. Oleh sebab itu proses
pembelajaran atau pendidikan tidak akan terlaksana tanpa adanya anak didik. Dan
merupakan keharusan untuk memahami sifat dan karakter anak didik supayadalam proses pendidikan akan berjalan sesuai yang kita Harapkan.




























BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Pendidik merupakan seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan tertentu danmengajarkannya kepada orang lain atau anak didik, dan juga merupakan orangyang mempunyai tanggung jawab dan mempengaruhi jiwa serta rohani seseorangyakni dari segi pertumbuhan jasmaniah, pengetahuan, keterampilan, serta aspekspiritual dalam upaya perkembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorangtersebut sesuai dengan prinsip dan nilai ajaran Islam sehingga menjadi insan yangberakhlakul karimah.
Anak didik merupakan salah satu unsur terpenting bagi terlaksananya
kegiatan pendidikan. Sebab ia merupakan obyek dan sekaligus subyek serta mitra
pendidikan, sehingga sehebat dan selengkap apapun unsur-unsur lainnya, jika anakdidik tidak ada atau tidak dipedulikan, maka dapat dipastikan kegiatan pendidikantidak dapat terlaksana dan berjalan dengan baik. Anak didik merupakan orang yangmempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perludikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkanpendidikan dari pendidik. Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yangdiberikan pendidik terhadap anak didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesarapapun bantuan itu diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan pendidikterhadap kemungkinan anak didik utuk di didik.







DAFTAR PUSTAKA

Ø  Abdul Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam,Yogyakarta: Teras, 2011.
Ø  Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008.
Ø  Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam,Bandung : Pustaka Setia,2009.




[1]Abdul Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam,Yogyakarta: Teras, 2011.Hlm.32
[2]Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008.Hlm.26
[3]Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010.Hlm.10
[4]Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam,Bandung : Pustaka Setia,2009.Hlm.24

Makalah Media komunikasi

BAB   I PENDAHULUAN A.    Latar belakang Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari komunikasi  baik itu perorangan atau kelompok. Hal...