BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut islam Pendidikan
adalah memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu
ajaran islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang
wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup, semenjak
dari buaian hingga ajal datang.
Dalam melaksanakan
pendidikan, diperlukan adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menunjang
berhasilnya atau tidaknya pendidikan itu. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
pendidikan ada beberapa faktor pendidikan yang perlu mendapat perhatian
sebaik-baiknya.
Dari uraian diatas
penulis akan membahas tentang pendidikan dan faktor-faktornya, yakni meliputi
pengertian pendidikan secara umum, pendidikan menurut para tokoh serta faktor-faktor
yang mendorong keberhasilan suatu pendidikan serta uraiannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
saja faktor-faktor Pendidikan ?
2.
Apa
saja faktor-faktor Pembelajaran ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui
faktor-faktor pendidikan.
2.
Mengetahui
faktor-faktor Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor Pendidikan
Dalam aktivitas pendidikan, ada beberapa faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling
mempengaruhi. Adapun faktor-faktor pendidikan tersebut, meliputi adanya
tujuan yang ingin dicapai, adanya tenaga pendidik, adanya peserta didik,
tersedianya material ajar (kurikulum), terbentuknya metode ajar, dan
terkondisinya situasi lingkungan pembelajaran yang kondusif.[1]
1.
Faktor Tujuan
Kegiatan apapun bentuk dan jenisnya sadar atau
tidak sadar selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun
segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti
apa-apa, dengan demikian tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan. Secara
singkat dikatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
1.
Fungsi tujuan bagi pendidikan
a. Sebagai arah pendidikan.
Tanpa adanya semacam antisipasi (pandangan ke
depan) kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi, demikian pula
kegiatan-kegiatannya pun tidak akan efisien. Dalam hal ini tujuan akan
menunjukan arah dari suatu usaha. Sedangkan arah tadi menunjukan jalan yang
harus ditempuhdari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.
b. Tujuan sebagai titik akhir.
Suatu usaha tentu saja mengalami permulaan serta
mengalami pula akhirnya. Mungkin saja ada usaha yang terhenti dikarenakan seatu
kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan telah berakhir.
Pada umumnya, suatu usaha baru berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.
c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain.
Apabila tujuan merupakan titik akhir dari suatu
usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut
merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan suatu usaha. Dengan demikian,
antara dasar-dasar dan tujuanterbentanglah garis yang menunjukan arah
bergeraknya usaha tersebut, serta dasar dan tujuan pendidikan merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain.
d. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan.
Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang didapati tujuannya
yang lebih luhur dan lebih mulia dibandingkan yang lainnya. Semua itu terlihat
apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.
Pendidikan berlangsung dalam proses panjang yang pada akhirnya mencapai
tujuan umum atau akhir yaitu kedewasaan. Tujuan yang bersifat umum ini akan dicapai
melalui pencapaian tujuan-tujuan yang khusus. Menurut seorang ahli pendidikan
Langeveld mengemukakan macam-macam tujuan pendidikan yaitu:
a) Tujuan umum.
Merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan
mendidik dalam segala waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan
memperhatikan hakekat kemanusiaan yang universal.
b) Tujuan
khusus.
Merupakan pengkhusus dari tujuan umum di atas dasar beberapa hal,
diantaranya: terdapatnya perbedaan individual anak didik, perbedaan lingkungan
keluarga atau masyarakat, perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga
pendidikan, perbedaan yang berhubungan dengan pandangan falsafah hidup suatu
bangsa.
c) Tujuan tak lengkap.
Adalah tujuan yang hanya mencakup salah satu
aspek kepribadian. Tujuan tak lengkap ini merupakan bagian dari tujuan umum
yang melingkupi perkembangan seluruh sapek kepribadian.
d) Tujuan sementara.
Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara sekaligus,
karenanya perlu ditempuh setahap demi setahap, setingkat demi setingkat. Tingkatan yang diupayakan untuk menuju tujuan
akhir itulah yang dimksuddengan tujuan sementara.
e) Tujuan incidental.
Merupakan tujuan yang bersifat sesaat, karena
adanya situasi yang terjadi secara kebetulan, kendatipun demikian tujuan ini
tidak terlepas dari tujuan umum.
f) Tujuan intermedia atau perantara.
Merupakan tujuan yang dilihat sebagai alat dan
harus dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya.
2.
Faktor Pendidik
Pendidik ialah semua yang mempengaruhi
perkembangan seseorang. Dalam hal ini kita dapat membedakan pendidikan
itu menjadi 2 kategori, yaitu:
1) Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua.
2) Pendidik menurut jabatan yaitu guru.
Pendidik yang bersifat kodrati dan sebagai orang
tua wajib pertama sekali memberikan didikan kepada anaknya, selain asuhan,
kasih sayang, perhatian dan sebagainya. Dalam perspektif islam, orang tua
adalah pendidik yang paling bertanggung jawab. Seperti didalam Al-Qur’an Allah
berfirman :
“Jagalah dirimu dan ahli familimu dari ancaman
api neraka”
Sedangkan pendidikan menurut jabatan, yaitu
guru. Guru adalah sebagai pendidik yang menerima tanggung jawab dari tiga pihak
yaitu orang tua, masyarakat dan Negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima
guru atas kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan pengajaran dan
diharapkan pula dari pribadi guru dapat memancarkan sikap-sikap yang normatif
baik, sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya.
Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya
dalam mendidik, yaitu :
a. Kematangan diri yang
stabil, memahami diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
b. Kematangan sosial
yang stabil, memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan mempunyai
kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.
c. Kematangan
profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap cinta
terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar
belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan
cara-cara mendidik.
3.
Faktor Peserta Didik
Adalah orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta
didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya,
peserta didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia
menyadari bahwa kemampuan masih sangat terbatas dibandingkan denga kemampuan
pendidiknya.
Istilah murid mengandung kesungguhan belajar, memuliakan guru. Dalam bahasa
Indonesia ada tiga sebutan untuk pelajar yaitu murid, anak didik, dan
peserta didik.
Sa’id Hawwa menjelaskan adab dan tugas murid
(yang dapat juga disebut sifat-sifat murid) adalah sebagai berikut ini :
ü Murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya.
ü Murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiyah.
ü Tidak sombong terhadap orang yang berilmu.
ü Menjaga diri dari mendengarkan perbedaan pendapat.
ü Mendahulukan ilmu yang paling dahulu untuk dirinya.
ü Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus.
ü Tidak memasuki ilmu yang baru sebelum menguasai yang sebelumnya.
4.
Faktor Alat Pendidikan
Yang dimaksud dengan alat pendidikan adalah sutu
tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan
pendidikan tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja
dibuat dan digunakan demi mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Pada dasarnya yang dinamakan alat ini luas sekali artinya, karena itu dalam
hal ini perlu pembatasan dalam beberapa persoalan saja, dalam konteks
prespektif yang lebih dinamis, alat tersebut disamping sebagai perlengkapan,
juga merupakan pembantu dalam mempermudah terlaksanaanya tujuan pendidikan.[2]
Alat-alat pendidikan itu sendiri terdiri dari
bermacam-macam, antara lain: hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, celaan dan pujian, hukuman serta kebiasaan.[3]
Termasuk juga sebagai alat pendidikan
diantaranya: keadaan gedung sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, dan kedaan
alat-alat dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Oleh karena itu dalam memilih alat pendidikan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
ü Tujuan yang ingin dicapai.
ü Orang yang menggunakan alat.
ü Untuk siapa alat itu digunakan.
5.
Faktor Metode Pendidikan
Agar interaksi dapat berlangsung baik dan
tercapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan materi pendidikan yang
tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara menyampaikan
materi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sebagaimana telah dinyatakan, bahwa guru tidak boleh memberi pengaruh
kepada pelajar dengan metode yang hanya akan merusak fitrah murid-muridnya,
sesuai dengan hadits rasulullah:
“Allah tidak mengutusku
untuk membuat kerusakan atau perbuatan yang tidak ada gunanya, melainkan
mengutusku untuk mengajar dan melakukan hal-hal yang mudah”.
6.
Faktor Lingkungan
Adalah yang meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Meskipun
lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun
merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar
terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam suatu lingkungan
yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.
Pada dasarnya lingkungan mencakup beberapa hal,
yaitu:
ü Tempat (lingkungan fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
ü Kebudayaan (lingkungan budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa,
seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
ü Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga,
kelompok bermain, desa,dan perkumpulan.
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak
didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat
mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan-lingkungan
tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
organisasi pemuda, yang ia sebut dengan tri pusat pendidikan.
Untuk melaksanakan pendidikan islam didalam lingkungan
ini perlu kiranya diperhatikan factor-faktor yang ada didalamnya sebagai
berikut :
1. Perbedaan lingkungan keagamaan, sesuai dengan QS. Al-hujurat : 13.
Adapun lingkungan yang dapat memberi pengaruh
terhadap anak didik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yakni :
ü Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
ü Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsafan
batin.
ü Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam
lingkungan agama.
2. Latar belakang pengenalan anak tentang keagamaan.
Salah satu tugas bagi seorang guru ialah menyiapkan anak agar dapat
mencapai tujuan hidupnya yang utama, yaitu menyiapkan diri untuk masa yang akan
datang.
Dengan demikian agar tidak menimbulkan keraguan-keraguan terhadap anak
didik akan agama ini, maka sejak kecil sebelum menginjak usia sekolah harus
ditanamkan keagamaan. Sebab anak pada saat yang demikian ini adalah keadaan
masih bersih dan mudah dipengaruhi atau dididik ia ibarat kertas putih bersih
belum ada coretan tinta sedikitpun. Sebagai mana hadits nabi SAW.
ما من مو لو د الا يو لد علي الفطرة فا بوا ه يهودا نه او ينصرانه او يمجسانه
(رواه مسلم)
Artinya : “Tidaklah
anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk
percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut
beragama yahudi, nashrani, majusi. (HR. Muslim).
B.
Faktor-faktor Pembelajaran
Pembelajaran
pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika
berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki siswa, maka pada saat
itu juga semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu
dapat tercapai secara efektif dan efisien.[4]
Beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1.
Faktor
Tujuan Pembelajaran
Tujuan
merupakan faktor yang paling pokok, sebab semua faktor yang ada di dalam
situasi pembelajaran, termasuk strategi pembelajaran, diarahkan dan diupayakan
semata-mata untuk mencapai tujuan. Tujuan pengajaran menggambarkan tingkah laku
yang harus dimiliki mahasiswa setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
Tingkah laku tersebut dalam dikeleompokkan ke dalam kelompok pengetahuan (aspek
kognitif), keterampilan ( aspek psikomotorik ), dan sikap ( aspek afektif ).[5]
2.
Faktor
Materi Pembelajaran
Dilihat
dari hakikatnya, ilmu atau materi pelajaran memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Karakteristik ilmu atau materi pelajaran membawa implikasi
terhadap penggunaan cara dan teknik dalam pembelajaran.
Secara
teoritis di dalam ilmu atau materi terdapat beberapa sifat materi, yaitu fakta,
konsep, prinsip, masalah, prosedur (keterampilan), dan sikap (nilai).[6]
3.
Faktor
Siswa
Siswa
sebagai pihak yang berkepentingan di dalam proses pembelajaran, sebab tujuan
yang harus dicapai semata-mata untuk mengubah perilaku siswa itu sendiri.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ialah jumlah siswa yang terlibat di
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan bahwa:
a. Siswa
sebagai keseluruhan. Dalam arti segala aspek pribadinya diperhatikan secara
utuh.
b. Siswa
sebagai pribadi tersendiri. Setiap siswa memiliki perbedaan dari yang lain
dalam hal kemampuan, cara belajar, kebutuhan, dan sebagainya, yang berkaitan
erat dengan proses pembelajaran.
c. Tingkat
perkembangan siswa akan mempengaruhi proses pembelajaran.
4.
Faktor
Fasilitas
Faktor
fasilitas turut menentukan proses dan hasil belajar. Misalnya, jika guru atau
dosen merencanakan akan menggunakan metode demonstrasi dalam mengajarkan suatu
keterampilan kepada mahasiswa dengan menggunakan alat pembelajaran yang telah
ditetapkan. Akan tetapi, jika ternyata alatnya kurang lengkap atau sama sekali
tidak ada, maka proses yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan hasilnya tidak akan tercapai sesuai yang diharapkan.
5.
Faktor
Waktu
Faktor
waktu dapat dibagi dua, yaitu yang menyangkut jumlah waktu dan kondisi waktu.
Hal yang menyangkut jumlah waktu adalah berapa jumlah jam pelajaran yang
tersedia untuk proses pembelajaran. Sedangkan yang menyangkut kondisi waktu
ialah kapan pembelajaran itu dilaksanakan. Pagi, siang, sore atau malam,
kondisinya akan berbeda. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran yang terjadi.
6.
Faktor
Guru
Faktor
guru adalah salah satu faktor penentu, pertimbangan semua faktor di atas akan
sangat bergantung kepada kreativitas guru. Dedikasi dan kemampuan gurulah yang
pada akhirnya mempengaruhi proses pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
A.
Faktor-faktor
Pendidikan :
1.
Faktor
tujuan
2.
Faktor
pendidik
3.
Faktor
peserta didik
4.
Faktor
Alat Pendidikan
5.
Faktor
metode pendidikan
6.
Faktor
lingkungan
B.
Faktor-faktor
Pembelajaran :
1.
Faktor
tujuan pembelajaran
2.
Faktor
materi pembelajaran
3.
Faktor
siswa
4.
Faktor
Fasilitas
5.
Faktor
waktu
6.
Faktor
guru
DAFTAR PUSTAKA
Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran...op.cit.
Toto Fathoni dan Cepi Riyana, “Komponen-Komponen
Pembelajaran”, dalam Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2011.
Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung
: Pustaka Setia, 2011.
http://islamiceducation001.blogspot.com/2019/02/faktor-faktor-pendukung-pendidikan.html di akses 25 September 2019.
http://neyshaafahza.blogspot.com/2015/09/pendidikan-dan-faktor-faktor-pendidikan.html di akses 25 September 2019.
https://www.banjirembun.com/2012/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html di akses 25 September 2019.
[1]
Moh. Rosyid, Ketimpangan Pendidikan: Langkah Awal Pemetaan Patologi
Pendidikan di Indonesia, (Kudus : Stain Kudus Press, 2006), h. 8.
[2]
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta
: Bumi Aksara, 1995), h. 181.
[3] Ibid.
[5]
Toto
Fathoni dan Cepi Riyana, “Komponen-Komponen Pembelajaran”, dalam Kurikulum
dan Pembelajaran dalam Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 154.