Monday, December 9, 2019

Kondisi Filosofis yang Koheren dan Implikasi dalam Praktik Manajemen



Kondisi Filosofis yang Koheren dan Implikasi dalam Praktik Manajemen


A.           Kondisi Filosofis yang Koheren dalam Praktik Manajemen
Pemahaman filosofis bagi manajer dalam menjalankan organisasi dengan menggunakan perspektif epistemologi dan ontologi sering mengalami kendala dan tidak bisa dilakukan secara koheren sehingga diperlukan pemahaman perspektif lain yang dapat menjadi pelengkap ilmu bagi para manajer. Dalam penggunaan perspektif epistemologi (naturalisme dan hermeneutika) dan ontologi (strukturalis dan agensi) yang tidak sesuai dengan praktik manajemen, terdapat rerangka yang filosofis dan metodologis dari Bhaskar (1998) yaitu dengan menggunakan sintesis realisme transendental dan Archer (1995) dengan menggunakan sintesis strukturasi.
Realisme transendental (Bhaskar, 1998) membuat sebuah sintesis epistemologi dengan menggunakan hubungan sebab akibat sebagai dasar untuk mengungkapkan suatu kejadian pada dunia nyata (praktik). Dasar penggunaan perspektif ini yang pertama bahwa dalam praktik dijalankan pada tiga tingkatan yaitu aktual (adanya peristiwa), empiris (sifat dari peristiwa) dan kedalaman (proses yang mendasari peristiwa). Kedua bahwa dunia praktik merupakan akumulasi dari proses yang berbasis model imajinatif hermeneutia dimana pengetahuan akan digunakan untuk mendalilkan mekanisme sebab akibat dari hipotesis yang ada. Strukturasi sintesis ontologis (Archer, 1995) merupakan perspektif ontologis sebagai upaya untuk menengahi adanya perselisihan strukturalis dan agensi. Pertentangannya adalah apakah agensi dan struktur social saling ketergantungan? Atau saling bergantung namun berbeda? Artinya bahwa struktur sosial merupakan sebab dan konsekuensi adanya agensi (lembaga).
Aplikasi dalam organisasi mengenai adanya perspektif pendukung dalam pemahaman manajer pada epistemologi dan ontlogi yaitu dengan melihat sebab akibat dari suatu peristiwa yang terjadi dalam organisasi. Menganalisis proses dan membuat generalisasi empiris tentang penyebab terjadinya masalah sehingga akan muncul hipotesis awal. Seorang manajer harus terlibat langsung bersama dengan karyawan dalam menangani masalah dengan menganalisis faktor-faktor penyebab baik internal maupun eksternal sehingga penafsiran masalah akan lebih tepat dan mudah menyelesaikannya. Pemahaman dan kemampuan mengidentifikasi masalah dalam organisasi merupakan bentuk dari kemampuan manajer dalam mengembangkan konsep dan perspektif yang terdapat dalam kajian filsafat yang akan memudahkan dalam pengembangan organisasi.

B.            Implikasi dalam Praktik Manajemen

Dalam dunia keorganisasian yang semakin komplek permasalahnya menuntut seorang manajer untuk dapat memahami filosofis manajemen sehingga dapat megetahui kecenderungan dirinya dan orang lain dalam konteks perspektif epistemologi dan ontologi. Pemahaman ini dapat digunakan oleh manajer untuk meningkatkan kinerja dan memahami model manajemen yang baik dengan proposisi sebagai berikut:
Pertama, manajer yang baik akan mengenali keterbatasan dua dimensi dalam organisasi yaitu dimensi kognitif rasional obyektif dan dimensi komunikatif rasional (makna normatif) dalam organisasi baik secara teoritis maupun realitas. Pemahaman ini sangat diperlukan bagi manajer untuk menyelesaikan konflik yang sering muncul dalam organisasi sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi anggota organisasi dalam bekerja.
Kedua, manajer yang baik tidak akan memiliki kekakuan dalam memilih pola pengelolaan organisasi dan tidak memiliki sikap arogan dengan menganggap bahwa semua masalah dapat terselesekan tanpa bantuan orang lain. Manajer harus peka terhadap penyebab suatu masalah yang timbul dengan siap dengan solusi dan konsekuensi. Keterlibatan seorang manajer dalam setiap lini sangat diperlukan sehingga tujuan organisasi bias terawasi dengan baik.
Ketiga, manajer yang baik akan dapat memahami dan mampu mengevaluasi mengenai perspektif epistemologi dan ontologi. Seorang manajer yang baik tidak akan menghindar jika pola yang diterapkan lebih buruk dari konsep yang ditawarkan dengan pendekatan epistemologi dan ontologi dan termotivasi untuk memperbaiki. Penerimaan akan konstruksi baru yang lebih baik akan menigkatkan kmampuan seorang manajer dalam mengimplementasikan strategi serta memiliki toleransi yang tinggi dalam menghadapi konflik organisasi.

Makalah Media komunikasi

BAB   I PENDAHULUAN A.    Latar belakang Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari komunikasi  baik itu perorangan atau kelompok. Hal...